Sabtu, 19 Februari 2011

Ikamarsta Pelihara "musang": a mode of existence (bagian II)

“Don't remove the fence before you know why it is there”
(Adagium lama orang Indiana)


Organisasi "Malin Kundang"


Pertanyaan tentang relasi organisasi-organisasi kemanggaraian dengan Ikamaya adalah sebuah pertanyaan yang cukup urgen. Partanyaan ini menyiratkan posisi dan cara kerja semua organsasi ke-manggarai-an di Djogjakarta. Posisi itu adalah apakah organisasi-organisasi ke-manggarai-an itu berada dalam naungan Ikamaya atau tidak? Dan lalu bagaimana cara kerjanya?


Terdapat beberapa organsasi kemanggaraian di djogjakarta. Ikamarsta, Society, Ikalewa, Plakat, Jxcom, Loyola Community, Gavarta, Ikamabayo, Ex-Pio, Passy, Im3 dan lain-lain. Semua organisasi tersebut menggotong sentimentalitas ke-manggarai-an. Secara tersirat, semua organisasi tersebut berada dalam naungan Ikamaya sebab lahir dari rahim yang sama yakni kultur Manggarai. Like or dislike, kondisinya memang demikian. Ikamaya dalam premis mayornya adalah mencakup semua orang Manggarai yang berada di Djogjakarta. Itu berarti organisasi yang juga lahir dari rahim budaya manggarai adalah bagian dari asuhan induk Ikamaya. Alur pikir deduktif tersebut dipakai untuk mengakomodasi organisasi-organisasi "malin kundang" yang menegasi keberadaan Ikamaya sementara dalam nomenklatur dan relasinya masih menggunakan sentimentalitas kultur Manggarai.


Ikamarsta dalam alur sentimen kultur ke-manggarai-an bukan merupakan merupakan organisasi "malin kundang". Sebagai "lingkaran kecil", Ikamarsta mengakui keberadaan Ikamaya sebagai "lingkaran besar". Dan Ikamarsta berada di dalam lingkaran besar itu. Semua anggota Ikamarsta adalah warga Ikamaya tetapi tidak semua warga Ikamaya adalah anggota Ikamarsta. Ikamarsta adalah organisasi yang turut mendukung keberadaan Ikamaya sebagai organisasi induk orang Manggarai di Djogjakarta. Logika matematis ruang tersebut dirasa sangat logis untuk menjelaskan posisi Ikamarsta dan Ikamaya sebab daerah arsirannya adalah kultur Manggarai. Tetapi itu tidak berarti ikamarsta harus "coret" lantaran sudah ada Ikamaya. Ikamarsta memiliki ciri dan nilai "spesifik" yang dalam perkembangannya juga sebenarnya turut membantu keberadaan Ikamaya. Dan identitas Ikamarsta terdefenisikan dari ciri dan nilai yang "specifik" tersebut. Shared values define the team.


Ikamarsta sebagai sebuah organisasi tidak bisa berkerja sendirian. Kerja sama dan komunikasi dengan berbagai organisasi extra Ikamarsta sangat penting untuk menggapai visi akbar Manggarai yang damai dan sejahtera. Pakem "extra ikamarsta nulla salus" ditepis habis-habisan oleh Ikamarsta. Oleh sebab itu perlu ada sinergi yang baik dalam interaksi dengan lawa dan organisasi dalam sayap Ikamaya. Interaction fuels action. Dalam aksinya, ikamrsta mengakui keberadaan Ikamaya dan merupakan bagian dari Ikamaya. Tetapi, politic of recognition ini tidak serta-merta berarti segenap aksi Ikamarsta berada dalam "kontrol" Ikamaya. Status Ikamarsta tetap independen. Ikamarsta mengontrol dirinya an sich. Relasi kuasa antara Ikamarsta dan Ikamaya adalah relasi yang bersifat koordinatif (garis putus-putus) dan bukan pertanggungjawaban dalam sistem komando (garis tegas). Artinya, Ikamarsta bertanggung jawab atas dirinya sendiri hanya saja tetap berkoordinasi dengan Ikamaya. Ikamarsta akan berkoordinasi dengan Ikamaya jika dalam program kerjanya ingin melibatkan semua warga Ikamaya. Jadi, pengakuan Ikamarsta akan keberadaan Ikamaya hanya pada tataran koordinasi bukan pertanggungjawaban. Ini adalah proposal untuk kehidupan bersama yang lebih baik.


Ikamarsta Dalam Visi

Visi Ikamarsta adalah terwujudnya kekeluargaan dan keakraban di antara sesama warga manggarai timur di djogjakarta. Alexander Pope mengatakan bahwa "kemarin sudah menjadi mimpi. Dan esok hari hanyalah sebuah visi. Tetapi, hari ini yang sungguh nyata, menjadikan kemarin sebagai mimpi kebahagiaan, dan setiap hari esok sebagai visi harapan". Visi yang besar itu adalah akibat nyata dari kehidupan kekeluargaan hari ini. Suasana kekeluargaan dan keakraban hari ini boleh jadi cermin untuk masa depan yang baik.

Visi itu telah dirumuskan dalam musawarah anggota (musang) secara berjamaah. Hendakanya itu menjadi komitmen bersama semua anggota Ikamarsta. Jelas, musyawarah anggota bukanlah segala-galanya. Tetapi kita pun sudah berani memulai untuk berkomitmen. Komitmen itu harus dinyatakan dalam aksi bersama dalam hubungannya dengan organisasi itu sendiri maupun dengan realitas Manggarai Timur. Sebagai sebuah organisasi dengan mayoritas mahasiswa, Ikamarsta sebaiknya tidak hanya mengurus kelangsung hidup organisasi semata tetapi juga harus memiliki kesadaran partisipatif dan konstruktif terhadap realitas yang terjadi di Manggarai Timur. Ini adalah tuntutan kepada mahasiswa (homo academicus) sebagai agent of change. Artinya, konstruksi manggarai timur yang lebih baik harus juga menjadi target kerja setiap homo academicus yang tergabung dalam Ikamarsta. Ini adalah kerja eksternal (politik) Ikamarsta. Sementara itu, musang harus tetap dipelihara untuk kerja internal organisasi in optima forma sebab di sana ada refleksi, koreksi dan apresiasi. Akhinya selamat bekerja. Viva Manggarai Timur. Viva Manggarai Raya.




Djogja, 16 Februari 2011
Alfred Tuname