Jumat, 03 April 2009

IKAMARSTA VOLEYHOLIC 2OO9

ANTARA RUANG “SOSIALISASI” DAN “CUCI MATA”

IIkamarsta voleyholic 2009 telah berakhir. Event yang diselenggarakan oleh Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur, hanya tinggal cerita. Event yang digelar khusus buat Weta-Weta Manggarai telah dilalui dengan sukses. Ada yang harus pulang dengan tangan hampa, tapi ada pula yang pulang dengan senyum. Untuk itu saya secara pribadi menyampaikan selamat dan profisiat untuk tim “Mrican” yang keluar sebagai “The champion” dalam perhelatan tahun ini. Untuk semua tim/rayon yang telah berpartisipasi saya juga menyampaikan profisiat. Kalian telah menunjukkan permainan yang terbaik, hanya “kesempatan” sajalah yang belum menghampiri tim/rayon lain. Hari ini tim “Mrican” boleh berbangga diri, namun, tahun yang akan datang generasi penerus bola voly ini pasti telah bergeser ketempat/ rayon lain. Untuk itu, pesan saya teruslah berlatih, biar di even berikutnya anda yang menjadi pemenang dan “Mrican” hanya tinggal sebuah nama.

RUANG SOSIALISASI
Menang kalah adalah hal yang lumrah dalam sebuah kompetisi. Namun persahabatan dan persaudaraan hendaknya tidak luntur hanya karena kalah bertanding di lapangan. Kami sangat berharap kiranya dengan even bola voly yang diperuntukkan bagi weta-weta ini, akan tercipta hubungan baru, keakraban baru baik antara weta-weta lintas rayon maupun dengan ase-kae lawa Manggarai lainnya.
Event ikamarsta voley holic kali ini sengaja hadir guna mempersempit jarak antara weta-weta dengan nara-nara yang ada di rayon masing-masing. Disadari atau tidak weta-weta selama ini hanya dijadikan sebagai “pengumpul uang” dan “supporter” bagi nara-nara yang gandrung dengan pertandingan sepak bola. Dengan hadirnya pertandingan voly kemarin, diharapkan budaya “maskulinitas” dapat terkikis dengan kesediaan weta-weta untuk ambil bagian dalam turnamen.
Kedepannya, weta-weta harus bisa mengambil peran lebih di rayon. Bila perlu terus melawan budaya “maskulin” milik nara-nara. Selain itu, kita semua berharap bahwa pertandingan kemarin merupakan ruang sosialisasi guna meningkatkan persaudaran dan sportifitas bagi weta-weta Manggarai Yogyakarta.
Antusiasme dari weta-weta dalam turnamen kemarin telah menunjukkan eksistensi keberadaan kalian terhadap ase-kae Manggarai yang ada dirayon. Kalian telah menunjukkan sikap yang luar biasa, sejatinya kalian punya bakat yang terpendam, lantaran kegiatan kita selama ini lebih berorientasi kepada keinginan nara-nara. Untuk itu, teruslah berkereasi. Hadirkan sesuatu yang produktif bagi diri sendiri dan orang lain. Kalau ingin mendongkrak budaya “patriarki” yang telah berurat akar di Manggarai sana, maka dari sekarang teman-teman menunjukkan sesuatu kepada kaum hawa. Biar kesan “sterotipe” terhadap perempuan yang hanya bisa bergerak di “dapur” dan “kasur” bisa kalian jawab dengan beerbuat sesuatu yang riil dan bila perlu melampaui hasrat dan keinginan kaum pria.

AJANG “CUCI MATA”
Selain sebagai ajang sosialisasi, moment voly putri kemarin juga telah menjadi ajang “cuci mata” bagi sebagian orang. Entah itu antara weta-weta/ nara-nara, maupun antara weta dengan nara. Disinilah memang seninya sebuah perhelatan. Karena disadari atau tidak kehadiran “supporter” kadang menjadi “bumbu” penyemangat bagi weta-weta yang bertanding.
Lebih dari itu kehadiran even seperti ini, kadang menjadi ajang pertemuan antara “dia” dan “si dia”. Karena bagi sebagian orang menilai, bahwa even apapun yang dilaksanakan oleh lawa Manggarai pasti dijadikan ajang cuci mata. Maklum pada saat seperti ini, ada weta/nara kita yang baru menampakan hidungnya di depan khalayak umum. Sehingga even seperti ini pasti akan meninggalkan cerita tersendiri. Ada yang berkelompok atau berduan mulai menceritakan isi hatinya karena telah terpesona dengan pandangan pertama selama pertandingan berlangsung. So, tidak menajdi masalah. Karena kita secara kodrati memang telah ditakdirkan untuk hidup saling mengisi satu sama lain. Kini kita tinggal mendengar cerita baru. Pasti akan ada yang mulai ancang-ancang untuk sekedar “kawe kopi mane” sampai ada cerita lanjutan dibalik manisnya kopi yang dibuat tersebut.
Untuk kedepannya, kita semua dituntut untuk banyak menghadirkan kegitan yang melibatkan seluruh ase-kae Manggarai. Biar antara ruang “sosialisasi” dan “cuci mata” bisa berjalan bersamaan. Ibarat pepata kuno mengatakan “sekali mendayung puluhan weta/nara terlampaui”. Sebagai pesan terakhir saya mengajak kita semua untuk terus meningkatkan rasa persaudaraan dan sportifitas kita sebagai satu saudara dari bumi “conga sae” Manggarai. Dan untuk menutupinya saya akan mengambil bahasa khas iklan politiknya Partai Demokrat dan SBY “ LANJUTKAN”. Terima kasih.

“YOU WILL NEVER WALK ALONE”

Salam Hangat.
Agus Budiarta
Tim “Joak” IKAMARSTA a

Kamis, 02 April 2009

sign in your eyes




"hati-hati gunakan matamu... (dinaynyikan)...."

behind the game








"people can never stand and sit alone sometimes..."

together to Manggarai








"kebersamaan selalu terbingkai dalam senyum-senyum manis"

standing alone








"aku sendiri tapi tidak dalam kesendirian"


"sahabat dapat selalu menjadi sandaran...."

man in action







"setiap orang pasti punya gayanya sendiri untuk menghibur dirinya...."

qua couple








"(seperti) pasangan"

janti A




"si nyonya besar"

maguwo







"mbok marijani"

Mrican







"the queen among queens"

janti B







"ratu pantai selatan"

Babarsari







"srikandi dari timur"