Selasa, 23 Juni 2009

SAJAK MALAM

Aku merasakan sayap-sayapnya bergetar, dan dengan tenang menghampiriku dalam bayang-bayang malamku. Aku telah lelah dengan kebisingan yang menyelimutiku yang datang dari berbagai sudut yang membuat batin tak berdaya.

Aku merasakannya bagai tetesan embun di musim kemarau, dan membasahi dahaga yang telah lama aku rasakan. Dia datang dengan tenang menyapaku ‘kita harus bangkit’ dengan kepalan tangannya dan menghentakkanku. Dia bagai seorang pujangga yang dengan sesukanya mencoreti dinding-dinding putih dan menjadikannya dengan indah…

Aku harus takluk kepadanya, dan mataku menerawang dalam pekatya kamar dengan hiasan malam, dan membiarkan jiwaku melayang sampai menemukannya dan aku membiarkannya masuk dalam khayalan dan lamunanku.

Aku merasakan bagai sehelai daun tertiup angin di musim gugur, dan aku tahu, sekali lagi angin kencang meniupku aku tak tahu aku akan berada dimana. Tapi aku takkan melepasnya dia menghilang begitu saja.

Aku ingin dia membawaku kemana saja sesukanya, dan aku membiarkan jiwaku menemukan apa yang akan dia cari, dengan segala keceriaannya.

Aku ingin dia tertawa bagai prajurit-prajurit roma yang menang perang tanpa mengingat trauma-trauma yang pernah terjadi.

Aku ingin bernyanyi tentang kedamaian dan ketenangan, yang menggetarkan jiwa penuh asap kebisingan dan dengan langkah-langkah sepatu yang menghilang di gang-gang yang berselimutkan raga kegerahan. Aku hanya menginginkannya tetap tenang, walau berbagai teori yang masuk kekepala dan menghantam otak kiri dan otak kanan yang membuatnya bekerja keras dan, Aku…

Aku sedikitnya menemukan dirimu walaupun hanya setitik embun, tapi itu cukup menyegarkanku, dan sedikit menghilangkan rasa dahaga yang bertahun-tahun telah aku rasakan.

oleh Kristo "Fabregas" Jaya
jogja, mei 2008

1 komentar:

  1. Profisiat ko puisin ko. maju terus nggita. tabe aze kaen.

    BalasHapus